Kamis, 23 Juni 2011

MAKALAH VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)

Pendahuluan
Asam askorbat oksidase atau disingkat askobase merupakan enzim yang hanya mengkatalisis reaksi oksidasi asam askorbat saja, baiki asam askorbat alami ataupun sintesis, tetapi tidak mengkatalisis senyawa yang lain misalnya sistein, glutation,tirosin dan phenol. Enzim heksosidase tersebut mempunyai aktifitas optimal pada pH 5,6 – 5,9. Asam askorbat oksidase dapat mengakibatkan defisiensi vitamin C akibat intake zat gizi yang kurang dari makanan.
Vitamin atau vitamine mula-mula di utarakan oleh sang ahli kimia pola, dia yang bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam amina itu adalah suatu amina yang sangat vital. Dan dari kata tersebut lahirlah istilah vitamine atau vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organic yang tidak termasuk dalam golongan protein, karbohidrat, maupun lemak dan terdapat dalam jumlah kecil dalam bahan makanan tapi sangat penting bagi beberapa fungsi tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan serta pertumbuhan.
Dalam bahan pangan hanya terdapat vitamin dalam jumlah yang relative sangat kecil, dan terdapat dalam bentuk yang berbeda-beda, di antaranya ada yang berbentuk provitamin atau calon vitamin (precursor) yang dapat diubah dalam tubuh menjadi vitamin yang aktif. Segara setelah diserap oleh tubuh, provitamin mengalami perubahan kimia sehingga menjadi satu atau lebih bentuk yang aktif. Vitamin tersebut pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan utama yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Dan dalam makalah ini akan mencoba membahas tentang vitamin yang larut dalam air.
Oleh karna itu kebutuhan vitamin dalam tubuh harus terpenuhi. Dalam aktivitas sehari-hari tubuh sangat memerlukan vitamin yang digunakan sebagai pengatur metabolisme dalam tubuh terutama vitamin c (asam askorbat).
Pada makalah ini akan dibahas tentang kegunaan, kekurangan, kelebihan, serta sumber-sumber bahan pangan yang mengandung vitamin c (asam askorbat).


Dasar teori
Ascorbic acid (asam askorbat) adalah salah satu senyawa kimia yang membentuk vitamin C. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam bidang kimia diberikan kepada Walter Haworth atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur kimia asam askorbat. Pada saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam heksuronat oleh beberapa peneliti. (Kim DO, Lee KW, Lee HJ, Lee CY. 2002).
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit.
Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. (Davies MB, Austin J, Partridge DA. 1991).
Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin ini.
Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat mencegah sariawan.[rujukan?] Albert Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini. Selama ini vitamin C atau asam askorbat dikenal perananny dalam menjaga dan memperkuat imunitas terhadap infeksi.[2] Pada beberapa penelitian lanjutan ternyata vitamin C juga telah terbukti berperan penting dalam meningkatkan kerja otak. Dua peneliti di Texas Woman's University menemukan bahwa murid SMTP yang tingkat vitamin C-nya dalam darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik daripada yang jumlah vitamin C-nya lebih rendah. (Gyorgi AS. 1931).


Peranan vitamin C dalam tubuh

Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan.
Buah jeruk, salah satu sumber vitamin C terbesar.
Vitamin c juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin c mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Penelitian di Institut Teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan makanan yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C berkurang sampai 81%.
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat seriawan, baik di mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. Di samping itu, asam askorbat juga berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti kolestrol tinggi, sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.


Konsumsi

Kebutuhan vitamin C memang berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada kebiasaan hidup masing-masing. Pada remaja, kebiasaan yang berpengaruh di antaranya adalah merokok, minum kopi, atau minuman beralkohol, konsumsi obat tertentu seperti obat antikejang, antibiotik tetrasiklin, antiartritis, obat tidur, dan kontrasepsi oral. Kebiasaan merokok menghilangkan 25% vitamin C dalam darah. Selain nikotin senyawa lain yang berdampak sama buruknya adalah kafein. Selain itu stres, demam, infeksi, dan berolahraga juga meningkatkan kebutuhan vitamin C.
Pemenuhan kebutuhan vitamin C bisa diperoleh dengan mengonsumsi beraneka buah dan sayur seperti jeruk, tomat, arbei, stroberi, asparagus, kol, susu, mentega, kentang, ikan, dan hati.
Sifat-sifat:
- Asam askorbat menunjukkan metallo-enzim, larut dalam garam dan mempunyai berat molekul 150.000.
- Ko-enzim mengandung 6 atom tembaga untuk setiap molekul protein.
- Seiring dengan kenaikan kadar tembaga, elemen ini membentukbagian dari enzim.
- Dengan kenaikan suhu 10 °C (diatas nol) jumlah vitamin yang dioksidasikan naik 2- 2,5 kalinya, dan aktifitas optimal didapatkan didaptkan pada suhu sekitar 38 °C. Asam askorbat oksidase berperan dalam batas yang luas dari pH 4-7, tetapi pengaruh maksimal adalah antara pH 5,6 – 6,0 dan jika ph diturunkan 2,0 maka enzim menjadi inaktif.
Terdapat pada bahan makanan:
Tanaman kobis Cucurbita mexima (labu), ketimun, apel, selada, cress (sejenios seledri yang daunnya pedas) buah persik, bunga kol, sejenis bayam, kacang hijau, kapri, wortel, kentang, pisang, tomat, beet dan koherabsi. Cucurlistacea (ketimun, labu, dan melon kuning) lebih kaya akan asam askuorbat oksidase daripada spesies yang lain.



Pengaruh terhadap tubuh manusia.
Tanaman juga mengandung beberapa senyawa yang mencegah oksidasi atau mereduksi asam askorbat sehingga tanaman menjadi miskin vitamin C. Secara umum kandungan asam askorbat berbanding terbalik dengan aktifitas asam askorbat oksidase. Asam askorbat oksidase dapat mengakibatkan defisiensi vitamin C akibat intake zat gizi yang kurang dari makanan.
Cara mengurangi konsumsi senyawa ini
Kerja enzim dihambat oleh pemanasan enzim selamam 1 menit pada suhu 100 °C dan sangat berkurang oleh perlakuan sulfur dioksida dan dalam larutan gula pekat, enzim juga dihambat sangat kuat oleh flavonoids dari buah – buahan.
Kekurangan & Kelebihan Vitamin C (asam askorbat) Vitamin C (asam askorbat) terdapat dalam buah-buahan asam, tomat, kentang, kubis dan cabe hijau.

Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan ikat.
Vitamin C membantu penyerapan zat besi dan membantu penyembuhan luka bakar atau luka lainnya.
Seperti halnya vitamin E, Vitamin C juga merupakan antioksidan.

KEKURANGAN VITAMIN C

Kebutuhan akan Vitamin C meningkat secara berarti dan merupakan resiko terjadinya kekurangan pada berbagai keadaan berikut:
- Kehamilan
- Menyusui
- Tirotiksikosis (hiperaktivitas kelenjar tiroid)
- Berbagai jenis peradangan
- Pembedahan
- Luka bakar.

Pada bayi yang berusia 6-12 bulan, kekurangan Vitamin C dalam susu formula atau makanan padatnya dapat menyebabkan scurvy.
Gejala awalnya berupa rewel, nyeri jika badannya bergerak, kehilangan nafsu makan dan tidak mengalami penambahan berat badan.
Tulang-tulangnya tipis/kecil dan sendi-sendinya menonjol.
Yang khas adalah terjadinya perdarahan dibawah jaringan pelindung tulang dan di sekitar gigi.

Pada orang dewasa, scurvy bisa terjadi apabila melakukan diet, yang hanya mengandung daging dan tepung atau teh, roti bakar dan sayuran kalengan, yang kesemuanya merupakan makanan yang khas dimakan oleh orang tua yang tidak bernafsu makan.
Setelah beberapa bulan mengkonsumsi makanan tersebut, akan terjadi perdarahan dibawah kulit, terutama di sekitar akar rambut, dibawah kuku jari tangan, di sekitar gusi dan di dalam persendian. Penderita akan tampak depresi, lelah dan lemah. Tekanan darah dan denyut jantung menjadi naik turun (berfluktuasi). Pemeriksaan darah menunjukkan kadar Vitamin C yang sangat rendah. Pada bayi dan orang dewasa, scurvy diobati dengan Vitamin C dosis tinggi selama 1 minggu, diikuti dengan dosis yang lebih rendah selama 1 bulan.

KELEBIHAN VITAMIN C
Vitamin C dosis tinggi (500-10.000 miligram) telah dianjurkan untuk mencegah common cold, skizofrenia, kanker, hiperkolesterolemia dan aterosklerosis.
Tetapi hal ini belum mendapatkan dukungan ilmiah yang cukup.
Dosis yang melebihi 1000 miligram/hari menyebabkan:
- diare
- batu ginjal pada orang-orang yang peka
- perubahan siklus menstruasi.
Beberapa orang yang menghentikan asupan Vitamin C dosis tinggi secara tiba-tiba dapat kembali mengalami scurvy.




PEMBAHASAN
A.Pengertian dan Klasifikasi Vitamin
Vitamin merupakan suatu molekul organic yang sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.1 Sedangkan dalam buku Dasar-Dasar Biokimia jilid 1, pengertian vitamin adalah senyawa organic dalam jumlah mikroyang sangat esensial dalam fungsi kebanyakan bentuk tubuh, tetapi tidak dapat disintesa oleh beberapa organisme dan harus di peroleh dari luar tubuh.2 Sebagai pengecualian adalah vitamin D yang dapat dibuat dalam kulit asalkan kulit cukup terkena sinar matahari.
Vitamin dikelompokkan menjadi 2 golongan utama yaitu vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K serta vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin C dan B.3 Fungsi khusus vitamin adalah sebagai kofaktor (elemen pembantu) untuk reaksi enzimatik. Vitamin juga berperan dalam berbagai macam fungsi tubuh lainnya, termasuk regenerasi kulit, penglihatan, sistem susunan syaraf dan sistem kekebalan tubuh dan pembekuan darah. Tubuh membutuhkan jumlah yang berbeda untuk setiap vitamin. Setiap orang punya kebutuhan vitamin yang berbeda. Anak-anak, orang tua, orang yang menderita penyakit atau wanita hamil membutuhkan jumlah yang lebih tinggi akan beberapa vitamin dalam makanan mereka sehari-hari.
 
B.Vitamin yang Larut Dalam Air
Vitamin ini terdiri dari vitamin B dan vitamin C. Kedua vitamin ini diberi nama berdasarkan label dari tabung-tabung percobaan pada saat vitamin tersebut ditemukan. Selanjutnya diketahui bahwa tabung percobaan dengan vitamin B ternyata mengandung lebih dari satu vitamin, yang kemudian diberi nama B1, B2 dst. Kedelapan vitamin B berperan penting dalam membantu enzim untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, dan dalam pembuatan DNA dan sel-sel baru.4

a.Vitamin C
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam, oleh karena itu penggunaaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai. Oksidasi akan terhambat bila vit C dibiarkan dalam
keadaan asam atau pada suhu rendah. Kelenjar adrenalin mengandung vit C yang sangat tinggi. Kelebihan vit C dibuah melalui air kemih.
Vitamin C berhasil di isolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat mencegah sariawan. Albert Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini.5
Rumus bangun vitamin C,Reaksi metabolisme vitamin C.
Sumber-sumber utama
Sayuran dan buah-buahan terutama buah segar dan buah yang mentah. Misalnya: Jeruk merupakan sumber utama vitamin C. Brokoli, sayuran berwarna hijau, kol (kobis), melon dan strawberi mengandung vitamin C bermutu tinggi dll.
Peran Vit C
Oksidasi fenilalanin menjadi tirosin Reduksi ion feri menjadi fero dalam saluran pencernaan Mengubah asam folat menjadi bentuk aktif asam folinat Sintesa hormon2 steroid dari kolesterolKekurangan Vitamin C. Kekurangan vit C menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut. Penyakit skorbut jarang pada bayi biasanya antara 6-12 bulan. Gejala-gejalanya: terjadi pelunakan tenunan kolagen, infeksi dan demam. Juga timbul sakit, pelunakan dan pembengkakan kaki bagian paha. Pada anak yang giginya telah tumbuh, gusi membengkak, lunak dan terjadi pendarahan. Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vit C dalam makanannya. Gejalanya: pembengkakan dan pendarahan pada gusi, kaki menjadi lunak, anemia. Akibat yang parah adalah gigi menjadi goyah dan dapat lepas. Penyakit sariawan yang akut disembuhkan dengan pemberian 100-200 mg vit C per hari dalam beberapa waktu.7
Aktivitas Redoks Seluler Asam Askorbat
Asam askorbat adalah mikronutrien esensial yang diperlukan oleh sejumlah fungsi seluler. Pentingnya mempertahankan kadar askorbat intraseluler ditunjukkan pada banyaknya mekanisme potensial yang tersedia untuk mendaur ulang askorbat dari produk oksidasi AFR dan DHA dengan satu dan dua elektron. Daur ulang askorbat menghabiskan NAD(P)H dan GSH, melalui hal inilah askorbat dapat memengaruhi jalur metabolik. Misalnya, jalur pentosa fosfat akan terstimulasi, karena menyuplai NADPH. Semakin jelas bahwa askorbat juga dapat memodulasi jalur signaling dan memengaruhi ekspresi gen. Beberapa efek antara lain peningkatan ekspresi kolagen oleh stabilisasi mRNA-nya, memengaruhi maturasi dan diferensiasi sel, memodulasi faktor transkripsi NF-κB dan AP-1, serta memodulasi pembentukan NO. Meskipun beberapa aksi ini tidak khas dan sangat tergantung kondisi, namun cukup jelas bahwa askorbat bukanlah sekedar reduktor.
Sifat Asam Askorbat
Asam askorbat adalah lakton enam karbon yang secara struktural mirip glukosa. Glukosa memicu sintesis asasm askorbat pada binatang yang mampu menyintesis asam askorbat. Primata adalah salah satu dari sedikit binatang yang tidak memiliki kemampuan untuk menyintesis asam askorbat dan harus memperolehnya dari makanan. Zat ini juga diketahui sebagai vitamin C. Istilah asam askorbat berasal dari percobaan pada kasus scurvy (penyakit defisiensi vitamin C) dimana “faktor skorbutik” digunakan untuk mendeskripsikan suatu zat, yang sekarang dikenal sebagai vitamin C, ditemukan dalam buah jeruk yang dapat mencegah timbulnya scurvy.
Struktur asam askorbat dan hasil oksidasinya ditunjukkan pada gambar 12.1. Karena hidroksil pada posisi C3 memiliki sebuah pKa 4.2, secara fisiologi pH asam askorbat menunjukkan ion askorbat dan karenanya berhubungan dengan askorbat yang dibahas kali ini. Kehilangan satu elektron akan mengakibatkan terbentuknya radikal bebas askorbat (AFR) yang juga diketahui sebagai semi-dehidroaskorbat. Apabila tidak dibentuk kembali menjadi askorbat, maka akan bermutasi dengan cepat menjadi dehidroaskorbat (DHA). Dengan proses yang sama DHA dapat dibentuk dari oksidasi dua elektron askorbat. Dengan demikian, sebagai donor elektron, askorbat dapat berperan dalam reaksi transfer satu atau dua elektron. Askorbat dan AFR memiliki potensial untuk mereduksi satu elektron yang cenderung rendah yaitu 282 dan -174 mV, dan memungkinkan kedua molekul ini untuk bereaksi dan mereduksi berbegai spesies. Hal inilah yang menyebabkan askorbat menjadi agen reduksi kuat dan sebagian besar fungsi biokimianya dihubungkan dengan sifat-sifat reduksi. Hasil oksidasi askorbat akan mengalami daur ulang. Apabila tidak, cincin lakton pada DHA akan pecah dan membentuk asam 2,3-diketogulonat dan akhirnya membentuk asam oksalat sebagai hasil metabolik dan ekskretorik utama dari askorbat.
Fungsi askorbat telah dibahas dan hanya diringkaskan disini. Pada mamalia, askorbat dibutuhkan
dalam bentuk donor elektron untuk enam enzim yang memiliki aktivitas mono-oksigenase atau di-oksigenase. Mono-oksigenase adalah dopamin β-hidroksilase, yang merubah dopamin menjadi noradrenalin, dan peptidil-glisin α-mono-oksigenasae yang merubah peptida dengan sebuah terminal C-glisin menjadi peptida dengan terminal C-amida. Di-oksigenase adalah prolyly 4-hydroxylase, prolyl 3-hydroxylase, dan lysyl hydroxylase, yang merubah residu prolin atau lisin menjadi residu yang terhidroksilasi selama proses biosintesis kolagen; trimetillisin hidroksilase dan γ-butirobetaine hidroksilase, yang merubah trimetillisin menjadi hidroksitimetillisin dan trimetilaminobutirat menjadi karnitin; dan hidroksifenilpiruvat dioksigenase, yang merubah hidroksifenilpiruvat menjadi asam homogentisat dalam katabolisme tirosin. Peran askorbat juga adalah sebagai sumber elektron (seperti tembaga yang mengandung mono-oksigenase), atau untuk mereduksi kofaktor besi pada bagian aktif di-oksigenase yang mengalami oksidasi besi selama siklus katalitik.
Askorbat memilki sifat antioksidan yang baik dalam mendeteksi spesies oksigen reaktif (ROS) dan spesies nitrogen reaktif, serta mendaur ulang α-tokoferol yang teroksidasi. Singkatnya, sistem in vitro telah menunjukkan askorbat sebagai pendeteksi superoksida, hidroksil, hidrofilik peroksil, thiyl, dan radikal nitroksida sebaik asam hipoklorit dan hidrogen peroksida. Hal ini telah dikemukakan secara rinci sebelumnya.
Fungsi lain askorbat adalah dalam metabolisme besi dengan mempertahankan besi pada tingkat reduksi askorbat sehingga memicu penyerapan besi. Selain itu askorbat juga memobilisasi besi dari deposit feritin.
Gejala klasik dari defisiensi askorbat, yang disebut scurvy, dapat secara langsung dihubungkan dengan fungsi askorbat terutama dalam aksi enzim. Sebagai contoh, salah satu dari gejala awal adalah kelelahan dan hal ini dapat dijelaskan dengan karnitin yang diperlukan untuk siklus kelompok akil sapanjang mitokondria untuk β-oksidasi dan produksi energi. Gejala yang paling khas dari scurvy adalah luka yang susah sembuh, hemoragik, dan nyeri yang berhubungan dengan kekurangan kolagen. Hidroksilasi yang tidak sempurna pada residu prolin dan lisin akan merusak bentuk normal tripel-heliks dan cross-linking dari serat kolagen.


Aspek Nutrisi
Askorbat ditemukan terutama pada buah dan sayuran, dengan kandungan tertinggi pada buah terdapat dalam jeruk dan berri, selain itu pada sayuran terdapat dalam sayur hijau seperti brokoli, kol, taoge dan merica. Kebutuhan harian yang direkomendasikan untuk askorbat pada pria dewasa berkisar 40 mg/hari untuk Inggris sampai 90 mg/hari untuk Amerika dan meningkat sebanyak 35 mg/hari pada perokok untuk mengimbangi kenaikan jumlah askorbat yang dirombak. Satu kali penyajian buah atau sayur dapat mengandung 30 mg askorbat, kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan makanan yang sehat. DHA juga terdapat dalam makanan, terhitung ~10-20% dari vitamin C, sementara dapat juga dibentuk melalui oksidasi askorbat pada traktus GI.
Absorpsi askorbat secara primer tergantung pada sodium-dependent vitamin C transporter (SVCT1) pada traktus GI atas. Proses ini efisien dan spesifik serta membutuhkan dua ion untuk mentransfer satu molekul askorbat. DHA diabsorpsi melalui proses sodium-independen yang difasilitasi proses difusi, dengan mekanisme yang belum diketahui. Pada penelitian terhadap manusia, Levine menyatakan bahwa bioavailabilitas askorbat hampir 100% pada dosis 15-200 mg. Dengan demikian, bioavailabilitas berkurang seiring dengan peningkatan dosis sampai ~50% untuk dosis 1 gr, dan ~20% untuk dosis 5 gr. Dalam sel intestinal yang dikultur, pemaparan askorbat jangka panjang menyebabkan berkurangnya ekspresi transporter askorbat intestinal SVCT dalam sel CaCo-2, yang mungkin dapat menjelasakan penurunan bioavailabilitas pada dosis tinggi. Hal ini serupa dengan askorbat dosis tinggi yang akan menyaturasikan sistem transpor. Flavonoid seperti quercitin telah diketahui dapat menghambat uptake askorbat. Bioavailabilitas askorbat yang berasal dari makanan memiliki kesamaan dengan askorbat sintetik. Faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas adalah glukosa, yang menghambat absorpsi askorbat tapi tidak menghambat absorpsi DHA, dan zat apapun yang dapat menghancurkan askorbat. Tidak terdapat data yang menjelaskan tentang bioavailabilitas DHA.
Setelah absorpsi enterosit, askorbat ditransfer sepanjang membran basolateral ke dalam peredaran darah melalui sodium-dependent vitamin C transporter 2 (SVCT2). Askorbat setara dengan 95% vitamin C di dalam darah dan apabila tidak terdapat transfer protein tetap mampu untuk beredar bebas dan berhubungan dengan ruang intraseluler.
Transporter askorbat SVCT1 dan 2 juga berperan dalam uptake seluler. Karena beberapa jaringan mengakumulasi askorbat, proses transfer harus melawan gradien konsentrasi. Lokalisasi spesifik dalam jaringan menggambarkan fungsi utama askorbat untuk jaringan tersebut. Jaringan yang aktif mengakumulasi askorbat adalah adrenal, leukosit, sel mesenkim (otot, kartilago, dan sel tulang), pituitary, paru, hati, dan mata. Transfer DHA tergantung pada sodium dan energi serta melalui transporter GLUT1 dan GLUT3. Transfer DHA diketahui lebih cepat 10 kali lipat dibandingkan askorbat dalam netrofil. Sekali ditransfer, DHA segera direduksi menjadi askorbat, dan dengan demikian mencegah pembalikan transfer. Askorbat yang dilepaskan dari sel dapat diabaikan.

Kesimpulan
Vitamin c merupakan vitamin yang tidak dapat dihasilakan oleh tubuh dan harus didapatkan dari bahan pangan.
Vitamin c sangat penting bagi tubuh karena selain sebagai antibodi atau mempertahan daya tubuh vitamin c juga sebagai anti oksidan bagi tubuh.
Vitamin c merupakan vitamin yang larut dalam air dan lebih stabil bila berada dalam pH asam.



Daftar pustaka

  1. Davies MB, Austin J, Partridge DA. 1991. Vitamin C: Its Chemistry and Biochemistry. Hal : 97-100. The Royal Society of Chemistry: Cambridge.
  2. Kim DO, Lee KW, Lee HJ, Lee CY. 2002. Vitamin C equivalent antioxidant capacity (VCEAC) of phenolic phytochemicals. J Agric Food Chem 50(13):3713–17.
  3.  Gyorgi AS. 1931. Vitamin C, Muscles, and WWII. Szeged: 1931-47.
  4.  Bednar C, Kies C. 1994. Nitrate and vitamin C from fruits and vegetables: Impact of intake variations on nitrate and nitrite excretions of humans. Plant Foods Hum Nutr 45:71-80
  5. Naidu KA. 2003. Vitamin C in human health and disease is still mistery? An Overview. J Nutr 2:7
  6. http://ariffadholi.blogspot.com/2010/06/vitamin-yang-larut-dalam-air.html
7.      http://banyakbaca.wordpress.com/2010/03/13/aktivitas-redoks-seluler-asam-askorbat/   
  1. http://medicastore.com/penyakit/274/Kekurangan_&_Kelebihan_Vitamin_C_(asam_askorbat).html